PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DI INDONESIA

Oleh : Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si

Makalah disampaikan dalam Seminar Regional Prospek Agribisnis Tanaman Obat,

Surakarta, 13 desember 2008 oleh HIMASETA dan POPMASEPI

  

A. Latar Belakang

Perkembangan paradigma hidup sehat telah berubah dari kuratif menjadi prefentif merupakan angin segar bagi upaya mengembangkan tanaman obat (produksi, distribusi, pasca panen, manufaktur, hingga pemasaran) sebagai komoditas industri sangat menjanjikan. Tanaman obat secara empiris tidak hanya mampu membantu penyembuhan dari berbagai jenis penyakit, tetapi juga telah digunakan nenek moyang sebagai pangan yang mampu menjaga stamina tubuh. Dalam konteks ini, tanaman obat selain menjadi obat juga bisa digunakan sebagai functional food jika digunakan dalam “dosis rendah”.

Semakin kesini, daya terima tanaman obat sebagai pilihan untuk menggapai hidup sehat tidak hanya milik kelompok masyarakat ekonomi lemah, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Hal ini bisa dilihat dari semakin meningkatnya jumlah ekspor, baik berbentuk simplisia maupun finished product dari Indonesia. Berbagai data menunjukkan ekspor herbal Indonesia ke Jepang, Saudi Arabia, Inggris, Malaysia, Singapura dan Belanda semakin besar (Pramono, 2002) seiring dengan trend back to nature masyarakat dunia.

Menjadikan komoditas herbal Indonesia sebagai komoditas bisnis